BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Tokoh
Menurut
Munandir (1996:111) teori trait and
factor (sifat dan faktor) ini tidak terkait dengan nama atau tokoh tertentu, akan tetapi
pikiran-pikiran ini bermula dari gagasan F.Parsons, dan kemudian tokoh-tokoh
lain seperti D.G. Paterson, J.G. Darley, E.G. Williamson ikut menyumbang
perkembangan dari teori trait and factor.
2.2
Teori
Trait and
factor counseling dapat dideskripsikan sebagai corak
konseling yang menekankan pemahaman individu melalui testing psikologis dan
penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/atau bidang pekerjaan. Pelopor pengembangan corak konseling ini yang paling terkenal ialah
E.G.Williamson, corak konseling ini juga dikenal dengan directive counseling
atau Counseling-Centered Counseling , karena konselor secara sadar mengadakan
strukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah
perkembangan konseli demi kebaikan konseling sendiri.Corak konseling ini
menilai tinggi kemampuan manusia untuk berpikir rasional dan memandang masalah
konseli sebagaiproblem yang harus dipecahkan dengan menggunakan kemampuan itu
(problem-solving approach). Dalam segi
teoritis dan dalam segi pendekatannya,corak konseling ini bersumber pada
gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20.
Dalam
bukunya yang berjudul Vocation Counseling (1965) Williamson menguraikan sejarah
perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling jabatan yang
berpegang pada teori Trait-Factor.Pada akhir abad yang ke-19 Frank Parsons
mulai mencari suatu cara untuk membantu orang-orang muda dalam memlih suatu
bidang pekerjaan yang sesuai dengan potensi mereka, sehingga dapat cukup
berhasil di bidang pekerjaan itu.Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909),Frank
Parsons menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memiliih suatu
pekerjaan yang sesuai,yaitu:pertama,pemahaman diri yang jelas mengenai
kemampuan otak,bakat,minat,berbagai kelebihan dan kelemahan,serta ciri-ciri
yang lain.Kedua,pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi
supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai bidang pekerjaan,serta tentang
balas jasa dan kesempatan untuk maju dalam semua bidang pekerjaan itu.Ketiga,
berpikir secara rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok
diatas.Jadi,langkah pertama menggunakan analisis diri;langkah yang kedua
memanfaatkan informasi jabatan (vocational information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berpikir rasional guna
menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap
kesuksesan atau kegagalan suatu pekerjaan / jabatan, dengan tuntutan klasifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu
pekerjaan atau jabatan.Dengan demikian, orang muda bukannya mencari pekerjaan
demi asal punya pekerjaan (the hunt of a vocation). Namun prosedur yang digunakan oleh Frank Parsons untuk menemukan fakta
dalam rangka langkah kerja yang pertama dan yang kedua ternyata tidak
seluruhnya dapat dipertanggungjawabkan dari segi analisis psikologi dan sosial
secar ilmiah. Tekanan pada
studi psikologi terhadap masing-masing orang dalam suatu klinik psikologis, dengan menggunakan alat-alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, menjadi ciri
khas dari aliran konseling yang kemudian disebut Konseling Klinikal. Corak
konseling yang berpegang pada teori Trait-Factor berkembang dalam rangka konsepsi aliran
Konseling Klinikal. Oleh karena
itu, pendekatan konseling Trait-Factor
dalam beberapa buku dinamakan Konseling Klinikal.
Alat yang
digunakan untuk mempelajari keadaan seseorang sehingga menghasilkan suatu
analisis bagi masing-masing pribadi,adalah tes-tes psikologis yang mula-mula
digunakan pelh para ahli psikologi industri dalam rangka seleksi aplikam umtuk
bidang-bidang pekerjaan tertentu.Berdasarkan identifikasi berbagai kemmapuan yang
dimiliki atau tidak dimiliki seseorang setelah dites, dan bedasarkan penelitian terhadap tuntutan pekerjaan di lapangan untuk
mengetahui kemampuan mana yang harus dimilki seseorang supaya berhasil dalam
suatu jenis pekerjaan tertentu, ahli-ahli psikologi industri itu menyusun
tabel-tabel prakiraan sukses atau gagalnya seorang aplikan dalam jenis
pekerjaan tertentu. Cara
berfikir yang demikian mulai diikuti juga oleh konselor jabatan,dengan
menekankan penggunaan tes-tes psikologis sebagai alat untuk mengidentifikasi
ciri-ciri kepribadian seseorang yang mempunyai relevansi terhadap suatu jabatan
atau pekerjaan. Dalam hal
ini aliran konseling jabatan berpegang pada teori kepribadian ynag dikenal
dengan nama teori Trait-factor. Yang
dimaksud dengan Trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam
berfikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti
intelegensi (berpikir), iba hati(berperasaan), dan agresif (berperilaku).Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian,
yang masing-masing membentuk suatu kontinium atau skala yang terentang dari
sangat tinggi sampai sangat rendah.
2.3
Asumsi
Williamson
merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor Counseling dalam
suatu karangan yang dimuat dalam Theories of Counseling (Steffle,1965,Bab V),
sebagai berikut:
1.
Setiap individu mempunyai sejumlah
kemmapuan dan potensi,seperti taraf intelegensi umum,bakat khusus,tarif
kreativitas,wujud minat serta keterampilan,yang bersama-sama membentuk suatu
polayang khas untuk individu itu.Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan
ciri-ciri kepribadian (traits),yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat
dan dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis.Data hasl testing
memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas seseorang yang lebih dapat
diadalkan daripada hasil intropeksi atau refleksi terhadap diri sendiri.
2.
Pola kemampuan dan potensi yang
tampak pada sesseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lain dengan kemampuan
dan keterampilan yang dituntut pada seoarng pekerja di berbagai bidang
pekerjaan.Juga wujud minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang
berlain-lain dengan pola minat yang ditemukan pada orang berkarier diberbagai
bidang pekerjaan.Dengan demikain dibutuhkan informasi jabatan (vocational
information), yang tidak hanya mendiskripsikan tugas-tugas yang
dilakukan,tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja,
yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam suatu bidang
pekerjaan.Informasi jabatan yang terandalkan hanya dapat diperoleh melalui
aneka usaha penelitian ilmiah,bukan berdasarkan kesan pribadi dari calon pekerja
atau melalui dari pekerja yang sudah bertugas.Justru analisis jabatan dalam
bentuk identifikasi kulifikasi yang dituntut,memungkinkan penemuan hubungan
yang berarti dengan kemampuan minat,dan keterampilan yang diidentifikasikan
pada seorang calon pekerja melalui testing pskologis.Sejumlah kualifikasi yang
diketahui berdasarkan penelitian ilmiah itu justru menjadi norma objektif yang
dapat digunakan sebagai patokan untuk meramalkan,apakah calon pekerja dapat
berhasil dengan baik atau tidak.Ini semua memberikan dasar pada langkah ketiga
menurut model Parsons dan tidak hanya timgal kesan subjektif tentang kecocokan
seseorang bagi bidang pekerjaan tertentu.
3.
Diagnosis terhadap pola kemmapuan
dan minat yang dimiliki seseorang harus mendahului penerimaan dan penenmpatan
dalam program studi tertentu.Diagnosis atau analisis psikologi inidapat
dilaksanakan dengan menggunkan alat-alat tes yang terandalkan.Penentuan
kecocokan atau ketidakcocokan anatara data tentang tuntutan program studi dan
data tentang individu,lebih dapat diandalkan daripada hanya prakiraan kecocokan
atas dasar pandangan pribadi tentang diri sendiri dan sekedar kesan tentang
tuntutan program studi.
4.
Setiap individu
mampu,berkeinginan,dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendrii serat memanfaatan
pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik,sehngga dia akan mengunakan
keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian mengatur
kehidupannya sendiri secara memuaskan.
Mengenai
martabat kehidupan manusia,Willamson berpendapat bahwa manusia berpotensi untuk
melakukan yang baik dan yang jahat; namun, makna kehidupan adalah mengejar yang
baik dan menolak serta mengontrol yang jahat. Dalam perkembangannya, manusia
membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat mengembangkan semua kemmapuan
yang memadai. Konselor di
Institusi pendidikan berusaha dengan sejujur-jujurnya untuk mempengaruhi arah
perkembangan itu; konseli
meminta bantuan konselor karena dia dari dirinya sendiri belum dapat menemukan
arah perkembangannya sendiri. Proses konseling
berlangsung melalui lima fase, yaitu
penciptaan hubungan yang serasi dalam suasana komunikasi pribadi yang memuaskan
(a warm and friendly relationship); pengembangan
pemahaman diri; penyusunan
suatu rencana bertindak; pelaksanaan
rencana itu;konsultasi dengan tenaga pembina (maha)siswa yang lain bila perlu.
2.4
Pandangan-Pandangan Tentang Perkembangan Karir
Menurut Munandir (1996) teori trait and factor menekankan pentingnya
kecocokan antara ciri (trait, factor) pribadi orang dan persyaratan kerja, makin
cocok, makin besar peluang produktivitas kerja orang dan ia berkemungkinan
memperoleh kepuasan. Teori ini kemudian dimodifikasi. Pilihan pekerjaan bukan
sekedar soal kecocokan sifat diri dengan syarat pekerjaan, melainkan juga soal
pertimbangan segi-segi seperti kognnitif, nonkognitif, dan berkenaan dengan
pandangan bahwa tingkah laku itu berorientasi tujuan.
Pandangan trait and factor terutama menyoroti bagaimana seseorang akan
membuat pilihan karir (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.5
Aplikasi dalam Bimbingan dan
Konseling Karir
Aplikasi dalam
bimbingan dan konseling karir menurut teori trait
and factor yaitu seorang konselor
dapat menggunakan alat tes psikologis yang dimanfaatkan untuk mendiagnosis atau
menganalisis seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi kepribadian tertentu
dalam pemilihan karir yang sesuai dengan kondisi konseli. Sebagai seorang konselor
harus mampu memahami sifat diri/dimensi kepribadian dari konseli, dimana dalam
hal ini konseli tersebut belumlah mampu mengenali dirinya sendiri sehingga
konseli tersebut mengalami masalah karir dalam kehidupannya. Jika seorang
konseli dengan bantuan dari konselor sudah mampu mengenali atau memahami
dirinya sendiri, maka konseli tersebut tidak akan mengalami kesulitan dalam
memilih karir yang sesuai dengan potensi atau kemampuan yang dimilikinya. Akan
tetapi, pilihan karir tidak hanya ditentukan oleh sifat diri/dimensi
kepribadian dari konseli melainkan konselor juga harus mampu memberikan data
mengenai pengalaman kerja dan latar belakang individu (konseli) pada umumnya. Proses konseling menurut teori trait and factor ini dibagi ke dalam 5 tahapan, diantaranya:
1.
Analisis,
merupakan tahap yang terdiri dari pengumpulan data atau informasi dari konseli.
2.
Sintesis,
merupakan tahap merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian
rupa, sehingga akan menunjukkan bakat konseli, kemampuan serta kelemahannya,
dan kemampuan dalam menyesuaikan diri.
3.
Diagnosis,
merupakan tahap untuk menemukan ketetapan dan pola yang mengarah pada
permasalahan, sebab-sebab, serta sifat-sifat konseli yang relevan, dan akan
berpengaruh pada proses penyesuaian diri.
4.
Konseling,
merupakan hubungan membantu konseli untuk menemukan sumber diri sendiri dan
sumber di luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan
5.
Evaluasi atau treatment, merupakan tindak lanjut dari
proses konseling.
Konseling
bertujuan untuk mengajak klien berpikir mengenai dirinya dan menemukan masalah
dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut. Untuk
itu secara umum konseling trait and factor dimaksud untuk membantu klien
mengalami:
1.
Klarifikasi diri (self clarification)
2.
Pemahaman diri (self understanding)
3.
Pengarahan diri (self acceptance)
4.
Pengarahan diri (self direction)
5.
Aktualisasi diri (self actualization)
Metode yang dapat
digunakan oleh konselor menurut teori trait
and factor ini adalah dengan menggunakan teknik-teknik seperti wawancara,
prosedur interpretasi tes, dan menggunakan informasi jabatan atau pekerjaan
yang selanjutnya akan disusun untuk membantu menyelesaikan masalah karir yang
dihadapi oleh konseli. Bimbingan dan konseling
karir menurut teori trait and factor ini
bertujuan untuk mengajak konseli agar dapat berfikir mengenai dirinya serta
mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah
karir yang dihadapi.
Bimbingan dan konseling
karir menurut teori trait and factor dapat
digunakan terhadap semua kasus yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut,
ragam konseling jabatan atau konseling akademik (konseling karir), dimana
konseli dihadapkan oleh keharusan untuk memilih beberapa alternatif, konseli
telah menyelesaikan minimal jenjang pendidikan SMP dan sudah mulai tampak
stabil dalam berbagai ciri kepribadian, konseli tidak menunjukkan kelemahan
yang serius dalam beberapa segi kepribadiannya, misalnya selalu ragu-ragu dalam
mengambil keputusan karirnya.
2.6 Keuntungan
Teori Trait and factor
1.
Penekanan pada penggunaan data tes
objektif membawa kepada upaya perbaikan dalam pengembangan tes dan penggunanya,
serta perbaikan dalam pengumpulan data lingkungan.
2.
Penekanan yang diberian pada
diagnose mengandung makna sebagai suatu perhatian terhadap masalah dan
sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik-teknik untuk
mengarasinya.
3. Penekanan
pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih
menekaankan afektif atau emosional.
2.7 Kelemahan
Pendekatan Trait-factor
Kelemahan
pendekatan Trait-Factor menyangkut pilihan bidang studi dan/pekerjaan. Kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut :
1.
Kurang diindahkan adanya pengaruh
dari perasaan,keinginan,dambaan aneka nilai budaya,nilai-nilai kehidupan,dan
cita-cita hidup,terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja serta pilihan
program/bidang studi dan bidang pekerjaan.
2.
Diandalkan bahwa pilihan jabatan dan
pilihan program studi terjadi sekali saja da ini pun bersifat keputusan
terakhir atau definitif,dengan berfikir secara rasional.
3.
Kurang diperhatiakn peranan keluarga
dekat, yang ikut mempengaruhi rangakaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan
harapan,dambaan dan memberikan pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk tradisi
keluarga;tuntutan mengingat ekonomi keluarga;serta keterbatasan yang konkret
dalam kemampuan finansial dsb
4.
Kurang diperhitungkan
perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut memperluas atau
membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
5.
Kurang disadari bahwa konstelasi
kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau
program studi dapat berubah selama bertahun-tahun yang akan datang.
6.
Pola ciri-ciri kepribadian tertentu
belum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi
seseorang,karena orang dari berbagai pola ciri kepribadiab dapat mencapai
sukses di bidang pekerjaan yang sama.
^_^ Jika ingin mengunduh file ini, klik disini
0 komentar:
Posting Komentar
Mulutmu Harimaumu,...
so, jaga perkataannya yaa... karena tutur kata itu mencerminkan kepribadaian ^_^