Cool Red Outer Glow Pointer

Jumat, 19 Juni 2015

KONSELING SEBAGAI SISTEM

KONSELING SEBAGAI SISTEM


Konseling muncul karena adanya banyak pertanyaan dan masalah yang dihadapi oleh individu, ketika individu tersebut berusaha memecahkan masalahnya melalui bantuan professional. Definisi konseling adalah proses pemberian bantuan dari konselor kepada klien yang dilakukan melalui wawancara konseling untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien (tujuan). Pelaksanaan konseling merupakan salah satu bagian dari sistem.
            Istilah sistem mengandung arti yang bemacam-macam, istilah sistem itu sendiri berasal dari bahasa Yunani “systema” yang artinya keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian. Ahli lain menyatakan bahwa rumusan lengkap dari sistem adalah sehimpunan unsur yang melakukan suatu kegiatan atau menyusun skema atau tatacara melakukan suatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara mengolah data dan/atau energi dan/ atau barang (benda) di dalam jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi dan/atau energi dan atau barang (benda). Dari definisi inilah dapat diambil unsur-unsur sistem yaitu:
  1. Sehimpunan unsur,
  2. Tujuan sistem,
  3. Wujud hasil kegiatan atau proses sistem tersebut dalam kurun waktu tertentu,
  4. Pengolahan data dan /atau energi dan/ atau bahan.
Secara garis besar, istilah sistem mengandung dua makna, yaitu sebagai wujud benda dan sebagai metode. Menurut Murdick dan Ross, contoh sistem antara lain:
  1. Sistem Pabrik
  2. Sistem Informasi Manajemen
  3. Sistem Organisasi Usaha
Untuk dapat mengetahui sesuatu itu sistem atau bukan, dapat dilihat dari ciri-cirinya. Pada umumnya ciri-ciri sistem tersebut antara lain:
  1. Setiap sistem mempunyai tujuan dan sasaran.
  2. Setiap sistem mempunyai “batas”yang memisahkannya dari lingkungan.
  3. Sistem bersifat terbuka. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya.
  4. Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem, yang biasa pula disebut bagian,unsur, atau komponen.
  5. Subsistem-subsistem tadi termasuk satu kebulatan yang utuh dan padu.
  6. Terdapat saling ketergantungan dan saling hubungan, baik di dalam sistem maupun antara sistem dengan lingkungannya.
  7. Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses tranformasi (proses mengubah masukan menjadi keluaran). Oleh karenanya, sistem sering disebut sebagai “processor” atau “transformator”.
  8. Dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol yang memanfaatkan tersedianya umpan balik.
  9. Sistem juga mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dan    menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatis.
Berdasarkan analisa mengenai sistem di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan bagian dari sistem. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa unsur-unsur dari sistem yang terkandung di dalam proses konseling. Sebagian dari  ciri-ciri sistem juga merupakan ciri-ciri konseling, misalnya saja ciri keterbukaan. Di dalam konseling ciri keterbukaan ini sangatlah diperlukan karena dengan adanya keterbukaan, maka klien dapat menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya tanpa harus ditutu-tutupi atau merasa malu, sehingga dengan begitu konselor pun akan lebih dapat memahami klien dan membantu mencari penyelesaian masalah klien. Proses konseling sendiri dapat digolongkan ke dalam suatu sistem, karena di dalam sistem tersebut dapat terdiri dari sekumpulan orang, seperangkat pedoman, dan alat perlengkapan pengolah data yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menghasilkan atau memberikan informasi kepada seseorang yang pada saat itu benar-benar membutuhkan.

1. Komponen Dasar Sistem
a. Input (masukan)
Dalam proses konseling yang menjadi inputnya adalah manusia, khususnya dalam hal karakteristik manusia tersebut baik dari segi fisik, psikis, maupun biologis. Input dalam proses konseling ada tiga yaitu:
1)   Raw input
            Yang termasuk dalam raw input antara lain, yaitu siswa/ individu itu sendiri.
Siswa sebagai individu yang dilayani merupakan komponen dasar dalam sistem konseling, yang mengikat satu sama lain, tidak hanya membawa masalah, kebutuhan yang perlu dipecahkan dan dipenuhi, tetapi secara keseluruhan ia memiliki kualitas seperti :
  • kesehatan fisik,
  • penampilan,
  • sifat genetik,
  • usia,
  • suku,
  • bangsa,
  • adat istiadat,
  • jenis kelamin
  • status sosial-ekonomi,
  • struktur motivasi,

2)    Instrumental Input
Yang termasuk dalam instrumental input antara lain:
a)   Konselor
Konselor merupakan komponen dasar untuk pengoperasian sebuah sistem, yaitu sistem konseling. Konselor dalam proses konseling harus menguasai dan mengembangkan kemampuan (keterampilan) dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan secara efektif. Konselor harus mampu mengembangkan hubungan anatara konselor dengan klien atau anggota kelompok, dan antar anggota kelompok(dalam konseling kelompok) yang didasarkan pada kepercayaan,pengertian,dan rasa menghargai.
Hubungan ini harus ditetapkan/dibentuk tanpa memandang tingkah laku, keyakinan, sikap, suku bangsa, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi klien (Stewart,1978). Konselor harus memiliki kesadaran dan disiplin diri yang memungkinkan pengontrolan kebutuhan dan tingkah laku dirinya sendiri, sementara menjadi empati dan obyektif terhadap kebutuhan klien Konselor juga memasukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip psikologi tentang tingkah laku manusia, kondisi sosial ekonomi dan kode etik yang ditetapkan untuk pelaksanaan sistem konseling.

b)   Tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan kebutuhan siswa, perkembangan siswa dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang ditetapkan dalam konseling adalah target yang harus dipenuhi, motivator bagi konselor dan klien, merupakan imbalan dari hasil usaha, dan menyebabkan perubahan rencana. Tujuan konseling merupakan kompas petunjuk arah ke mana konseling harus menuju, dan apa yang ingin dicapai dari kegiatan konseling. Tujuan merupakan kondisi yang diinginkan dalam sistem konseling setelah terjadi proses dari masukan menjadi keluaran.

c)    Program
            Program sebagai komponen masukan instrumental dalam sistem konseling, yaitu seperangkat kegiatan konseling yang dirancang secara terencana, terorganmisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara kait mengkait untuk mencapai tujuan. Kejelasan dan ketepatan penyusunan program memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan konseling di sekolah. Tujuan penyusunan program ialah agar kegiatan konseling di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif, dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dievaluasi. Tersusun dan terlaksananya program konseling dengan baik selain akan menjamin pencapaian tujuan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya, juga akan lebih menegakkan akuntabilitas konseling di sekolah. Pelaksanaan program konseling terfokus pada pengembangan pribadi, pencegahan, dan pengatasan masalah siswa yang berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

d)   Tahapan
            Tahapan sebagai komponen dalam sistem konseling yang digunakan oleh konselor sebagai personil sistem dalam pemrosesan masukan menjadi keluaran.

e)    Sarana
            Sarana yang dimaksud dalam komponen instrumental sistem konseling, yaitu ruangan, tempat duduk dan perlengkapan administrasi lain untuk kegiatan konseling.

3)   Environmental Input
Environmental input meliputi:

a)   Norma
Norma adalah petunjuk yang harus dijalankan oleh konselor dan klien sebelum, selama, dan sesudah kegiatan konseling. Norma konseling yang berupa ketentuan berkenaan dengan pengembangan suasana interaksi yang akrab, hangat, permisif, terbuka, dan kerahasiaan.

b)   Tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan kebutuhan siswa, perkembangan siswa dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang ditetapkan dalam konseling adalah target yang harus dipenuhi, motivator bagi konselor dan klien, merupakan imbalan dari hasil usaha, dan menyebabkan perubahan rencana. Tujuan konseling merupakan kompas petunjuk arah ke mana konseling harus menuju, dan apa yang ingin dicapai dari kegiatan konseling. Tujuan merupakan kondisi yang diinginkan dalam sistem konseling setelah terjadi proses dari masukan menjadi keluaran.

c)    Lingkungan
Lingkungan kehidupan nyata siswa di sekolah adalah lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi pengembangan dan memberikan pemuasan kebutuhan siswa. Hakikat konseling terletak pada keterkaitan antara lingkungan belajar dengan perkembangan siswa, dan konselor berperan sebagai fasilitator serta perekayasa lingkungan. Lingkungan belajar adalah lingkungan terstruktur, sengaja dirancang dan dikembangkan oleh konselor untuk memberi peluang kepada siswa mempelajari perilaku-perilaku baru sesuai dengan kebutuhan siswa, norma, dan tuntutan lingkungan kehidupan nyata.

b. Proses
Yang dimaksud proses dalam pengertian konseling sebagai system adalah tahapan-tahapan konseling itu sendiri dan metode.

1.    Tahap-tahap Konseling
Proses konseling dibagi dalam lima tahap sebagai berikut :

a)   Tahap Analisis
Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan data mengenai klien.

b)   Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan kemampuan penyesuaian diri klien.

c)    Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan, sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengruh pada penyesuaian diri. Diagnosis meliputi :
1)   Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky
Kategori diagnosis Bordin:
a)    dependence (ketergantungan)
b)   lack of information (kurangnya informasi)
c)    self conflict (konflik diri)
d)   choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)

Kategori diagnosis Pepinsky:
a.       lack of assurance (kurang dukungan)
b.      lack of information (kurang informasi)
c.       dependence (ketergantungan)
d.      self conflict (konlflik diri)

2)   Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosa sementara.
3)   Prognosis yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri, yang berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.

d)   Tahap Konseling
Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik di lembaga, sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima jenis konseling adalah :
1.    belajar terpimpin menuju pengertian diri
2.    mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3.    Bantuan pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4.    Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
5.    Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran

e)    Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi maslaah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individualitas klien.

f)    Teknik Konseling

1.    Pengunaan hungan intim (Rapport), Konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli.
2.    Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis dilakukan bersama-sama dengan klien dan Konselor menunjukkan profil tes secara arif.
3.    Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari pilihan, tujuan, pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai pemberian nasihat harus dipahami klien.
4.    menunjukkan kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi masalah klien.

2.    Metode      
Tiga metode pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh Konselor :
a)    Nasehat langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
b)   Metode persuasif, dengna menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
c)    Metode penjelasan, yang merupakan metode ynag paling dikehendaki dan memuaskan. Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d)   Melaksanakan rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan secara implementasinya.

c.    Output (keluaran)
Output dari konseling sebagai sistem sesuai dengan tujuan awal yang ingin dicapai misalnya saja individu yang mandiri. Setelah ada output, tahapan selanjutnya adalah:
1)   Evaluasi
Evaluasi di sini maksudnya adalah untuk menilai apakah individu yang telah melakukan konseling sudah mencapai tujuan yang diharapkan.

2)   Tindak Lanjut
Tindak lanjut dalam proses konseling ini dimaksudkan untuk memberikan tindakan lanjutan atau perlakuan lanjutan apabila klien dirasa memang masih membutuhkan tindak lanjutan.





DAFTAR PUSTAKA




^_^ Jika ingin mengunduh file ini, klik disini


0 komentar:

Posting Komentar

Mulutmu Harimaumu,...
so, jaga perkataannya yaa... karena tutur kata itu mencerminkan kepribadaian ^_^

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review