KONSELING
SEBAGAI SISTEM
Konseling muncul karena adanya
banyak pertanyaan dan masalah yang dihadapi oleh individu, ketika individu
tersebut berusaha memecahkan masalahnya melalui bantuan professional. Definisi
konseling adalah proses pemberian bantuan dari konselor kepada klien yang
dilakukan melalui wawancara konseling untuk membantu memecahkan masalah yang
dihadapi klien (tujuan). Pelaksanaan konseling merupakan salah satu bagian dari
sistem.
Istilah sistem mengandung arti yang bemacam-macam, istilah sistem itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani “systema” yang artinya keseluruhan
yang tersusun dari sekian banyak bagian. Ahli lain menyatakan bahwa rumusan
lengkap dari sistem adalah sehimpunan unsur yang melakukan suatu kegiatan atau
menyusun skema atau tatacara melakukan suatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai
sesuatu atau beberapa tujuan, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara mengolah
data dan/atau energi dan/ atau barang (benda) di dalam jangka waktu tertentu
guna menghasilkan informasi dan/atau energi dan atau barang (benda). Dari
definisi inilah dapat diambil unsur-unsur sistem yaitu:
- Sehimpunan
unsur,
- Tujuan
sistem,
- Wujud
hasil kegiatan atau proses sistem tersebut dalam kurun waktu tertentu,
- Pengolahan
data dan /atau energi dan/ atau bahan.
Secara garis besar, istilah sistem mengandung dua makna, yaitu sebagai
wujud benda dan sebagai metode. Menurut Murdick dan Ross, contoh sistem antara
lain:
- Sistem
Pabrik
- Sistem
Informasi Manajemen
- Sistem
Organisasi Usaha
Untuk dapat mengetahui sesuatu itu sistem atau bukan, dapat dilihat dari
ciri-cirinya. Pada umumnya ciri-ciri sistem tersebut antara lain:
- Setiap
sistem mempunyai tujuan dan sasaran.
- Setiap
sistem mempunyai “batas”yang memisahkannya dari lingkungan.
- Sistem
bersifat terbuka. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan
lingkungannya.
- Suatu
sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem, yang biasa pula disebut
bagian,unsur, atau komponen.
- Subsistem-subsistem
tadi termasuk satu kebulatan yang utuh dan padu.
- Terdapat
saling ketergantungan dan saling hubungan, baik di dalam sistem maupun
antara sistem dengan lingkungannya.
- Setiap
sistem melakukan kegiatan atau proses tranformasi (proses mengubah masukan
menjadi keluaran). Oleh karenanya, sistem sering disebut sebagai
“processor” atau “transformator”.
- Dalam
setiap sistem terdapat mekanisme kontrol yang
memanfaatkan tersedianya umpan balik.
- Sistem
juga mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan
secara otomatis.
Berdasarkan analisa mengenai
sistem di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan bagian dari
sistem. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa unsur-unsur dari sistem yang
terkandung di dalam proses konseling. Sebagian dari ciri-ciri sistem juga
merupakan ciri-ciri konseling, misalnya saja ciri keterbukaan. Di dalam
konseling ciri keterbukaan ini sangatlah diperlukan karena dengan adanya
keterbukaan, maka klien dapat menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya
tanpa harus ditutu-tutupi atau merasa malu, sehingga dengan begitu konselor pun
akan lebih dapat memahami klien dan membantu mencari penyelesaian masalah
klien. Proses konseling sendiri dapat digolongkan ke dalam suatu sistem, karena
di dalam sistem tersebut dapat terdiri dari sekumpulan orang, seperangkat
pedoman, dan alat perlengkapan pengolah data yang digunakan untuk mencapai
tujuan bersama yaitu menghasilkan atau memberikan informasi kepada seseorang
yang pada saat itu benar-benar membutuhkan.
1. Komponen Dasar Sistem
a. Input (masukan)
Dalam proses konseling yang
menjadi inputnya adalah manusia, khususnya dalam hal karakteristik manusia
tersebut baik dari segi fisik, psikis, maupun biologis. Input dalam proses
konseling ada tiga yaitu:
1)
Raw input
Yang
termasuk dalam raw input antara lain, yaitu siswa/ individu itu sendiri.
Siswa sebagai individu yang
dilayani merupakan komponen dasar dalam sistem konseling, yang mengikat satu
sama lain, tidak hanya membawa masalah, kebutuhan yang perlu dipecahkan dan
dipenuhi, tetapi secara keseluruhan ia memiliki kualitas seperti :
- kesehatan
fisik,
- penampilan,
- sifat
genetik,
- usia,
- suku,
- bangsa,
- adat
istiadat,
- jenis
kelamin
- status
sosial-ekonomi,
- struktur
motivasi,
2)
Instrumental Input
Yang termasuk dalam instrumental
input antara lain:
a)
Konselor
Konselor merupakan komponen dasar
untuk pengoperasian sebuah sistem, yaitu sistem konseling. Konselor dalam
proses konseling harus menguasai dan mengembangkan kemampuan (keterampilan) dan
sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan secara efektif.
Konselor harus mampu mengembangkan hubungan anatara konselor dengan klien atau
anggota kelompok, dan antar anggota kelompok(dalam konseling kelompok) yang
didasarkan pada kepercayaan,pengertian,dan rasa menghargai.
Hubungan ini harus
ditetapkan/dibentuk tanpa memandang tingkah laku, keyakinan, sikap, suku
bangsa, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi klien (Stewart,1978).
Konselor harus memiliki kesadaran dan disiplin diri yang memungkinkan
pengontrolan kebutuhan dan tingkah laku dirinya sendiri, sementara menjadi
empati dan obyektif terhadap kebutuhan klien Konselor juga memasukan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip psikologi tentang tingkah laku manusia,
kondisi sosial ekonomi dan kode etik yang ditetapkan untuk pelaksanaan sistem
konseling.
b)
Tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan kebutuhan
siswa, perkembangan siswa dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang ditetapkan dalam
konseling adalah target yang harus dipenuhi, motivator bagi konselor dan klien,
merupakan imbalan dari hasil usaha, dan menyebabkan perubahan rencana. Tujuan
konseling merupakan kompas petunjuk arah ke mana konseling harus menuju, dan
apa yang ingin dicapai dari kegiatan konseling. Tujuan merupakan kondisi yang
diinginkan dalam sistem konseling setelah terjadi proses dari masukan menjadi
keluaran.
c) Program
Program
sebagai komponen masukan instrumental dalam sistem konseling, yaitu seperangkat
kegiatan konseling yang dirancang secara terencana, terorganmisasi,
terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara kait mengkait
untuk mencapai tujuan. Kejelasan dan ketepatan penyusunan program memegang
peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan konseling di sekolah.
Tujuan penyusunan program ialah agar kegiatan konseling di sekolah dapat
terlaksana dengan lancar, efektif, dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat
dievaluasi. Tersusun dan terlaksananya program konseling dengan baik selain
akan menjamin pencapaian tujuan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada
umumnya, juga akan lebih menegakkan akuntabilitas konseling di sekolah.
Pelaksanaan program konseling terfokus pada pengembangan pribadi, pencegahan,
dan pengatasan masalah siswa yang berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar,
dan karir.
d) Tahapan
Tahapan
sebagai komponen dalam sistem konseling yang digunakan oleh konselor sebagai
personil sistem dalam pemrosesan masukan menjadi keluaran.
e) Sarana
Sarana
yang dimaksud dalam komponen instrumental sistem konseling, yaitu ruangan,
tempat duduk dan perlengkapan administrasi lain untuk kegiatan konseling.
3)
Environmental Input
Environmental input meliputi:
a)
Norma
Norma adalah petunjuk yang harus
dijalankan oleh konselor dan klien sebelum, selama, dan sesudah kegiatan
konseling. Norma konseling yang berupa ketentuan berkenaan dengan pengembangan
suasana interaksi yang akrab, hangat, permisif, terbuka, dan kerahasiaan.
b)
Tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan
kebutuhan siswa, perkembangan siswa dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang
ditetapkan dalam konseling adalah target yang harus dipenuhi, motivator bagi
konselor dan klien, merupakan imbalan dari hasil usaha, dan menyebabkan
perubahan rencana. Tujuan konseling merupakan kompas petunjuk arah ke mana
konseling harus menuju, dan apa yang ingin dicapai dari kegiatan konseling.
Tujuan merupakan kondisi yang diinginkan dalam sistem konseling setelah terjadi
proses dari masukan menjadi keluaran.
c)
Lingkungan
Lingkungan kehidupan nyata siswa
di sekolah adalah lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi pengembangan dan
memberikan pemuasan kebutuhan siswa. Hakikat konseling terletak pada
keterkaitan antara lingkungan belajar dengan perkembangan siswa, dan konselor
berperan sebagai fasilitator serta perekayasa lingkungan. Lingkungan belajar
adalah lingkungan terstruktur, sengaja dirancang dan dikembangkan oleh konselor
untuk memberi peluang kepada siswa mempelajari perilaku-perilaku baru sesuai
dengan kebutuhan siswa, norma, dan tuntutan lingkungan kehidupan nyata.
b. Proses
Yang dimaksud proses dalam
pengertian konseling sebagai system adalah tahapan-tahapan konseling itu
sendiri dan metode.
1.
Tahap-tahap Konseling
Proses konseling dibagi dalam
lima tahap sebagai berikut :
a)
Tahap Analisis
Tahap
kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan data mengenai klien.
b)
Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur
data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat,
kekuatan, kelemahan dan kemampuan penyesuaian diri klien.
c)
Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah
pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat
mengarah kepada permasalahan, sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan
dan berpengruh pada penyesuaian diri. Diagnosis meliputi :
1) Identifikasi
masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin
dan Pepinsky
Kategori
diagnosis Bordin:
a) dependence
(ketergantungan)
b) lack of information
(kurangnya informasi)
c) self conflict
(konflik diri)
d) choice anxiety
(kecemasan dalam membuat pilihan)
Kategori diagnosis Pepinsky:
a. lack of assurance
(kurang dukungan)
b. lack of information
(kurang informasi)
c. dependence
(ketergantungan)
d. self conflict
(konlflik diri)
2) Menentukan
sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa
depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan
intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari
program kerja berdasarkan diagnosa sementara.
3) Prognosis
yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang
cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit
sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien
belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu
klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri,
yang berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum
mau menerima.
d)
Tahap Konseling
Merupakan hubungan membantu klien
untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik di
lembaga, sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan
penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima
jenis konseling adalah :
1. belajar
terpimpin menuju pengertian diri
2. mendidik
kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat
untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3. Bantuan
pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip
dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mencakup
hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
5. Mendidik
kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
e)
Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien
dalam menghadapi maslaah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya
sehingga menjamin keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus
disesuaikan dengan individualitas klien.
f)
Teknik Konseling
1. Pengunaan
hungan intim (Rapport), Konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang
hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal
yang mengancam konseli.
2. Memperbaiki
pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan
dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya.
Penafsiran data dan diagnosis dilakukan bersama-sama dengan klien dan Konselor
menunjukkan profil tes secara arif.
3. Pemberian
nasehat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari pilihan, tujuan,
pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau
tidak mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai pemberian nasihat
harus dipahami klien.
4. menunjukkan
kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi
masalah klien.
2.
Metode
Tiga metode pemberian nasehat
yang dapat digunakan oleh Konselor :
a) Nasehat
langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan
pendapatnya.
b) Metode
persuasif, dengna menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
c) Metode
penjelasan, yang merupakan metode ynag paling dikehendaki dan memuaskan.
Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan
menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d) Melaksanakan
rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau
keputusan secara implementasinya.
c. Output
(keluaran)
Output dari konseling sebagai
sistem sesuai dengan tujuan awal yang ingin dicapai misalnya saja individu yang
mandiri. Setelah ada output, tahapan selanjutnya adalah:
1) Evaluasi
Evaluasi di sini maksudnya adalah
untuk menilai apakah individu yang telah melakukan konseling sudah mencapai
tujuan yang diharapkan.
2) Tindak Lanjut
Tindak lanjut dalam proses
konseling ini dimaksudkan untuk memberikan tindakan lanjutan atau perlakuan
lanjutan apabila klien dirasa memang masih membutuhkan tindak lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
^_^ Jika ingin mengunduh file ini, klik disini
0 komentar:
Posting Komentar
Mulutmu Harimaumu,...
so, jaga perkataannya yaa... karena tutur kata itu mencerminkan kepribadaian ^_^